Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Rabu, 04 Maret 2015
A.
Latar Belakang
Penduduk Indonesia pada tahun 2012
mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai populasi
terbanyak keempat setelah Cina, India, dan Amerika Serikat melihat pola
pertumbuhan pola penduduk beberapa tahun sebelumnya, dan penduduk Indonesia
diperkirakan 237,65 juta jiwa pada tahun 2025(Dinas kesehatan 2011).
Seiring
berjalannya waktu dunia akan berputar, kehidupan manusiapun akan terus
berjalan, dari bayi akan menjadi balita, balita akan menjadi anak-anak,
anak-anak akan menjadi dewasa dan dewasa akan menjadi lansia. Lansia merupakan
fase terakhir yang yang terjadi pada manusia sebelum iya meninggal.
Proses
penuaan akan terjadi sejak usia 30 tahun, penuaan terutama akan terlihat pada
orang-orang yang hidup dengan kemiskinan, karena kurangnya akses pada kesehatan
akan sehingga penampilan akan terlihat lebih tua dibandingkan dengan
orang-orang yang menjaga kesehatannya.
Semakin
bertambahnya usia maka akan semakin banyak pula penyakit yang diderita
seseorang, khususnya pada lansia atau usia lanjut. Pada lansia akan terjadi
pengunduran beberapa organ tubuh, oleh karena itu pada lansia mudah sekali
terkena hipertensi.
Proses
penuaan (aging) secara perlahan-lahan menyebabkan hilannya kemmapuan jaringan
untuk memeperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya. Hal
tersebut dapat mengakibatkan kelemahan organ, kemunduran fisik, dan timbulnya
berbagai macam penyakit, termasuk penyakit degenageratif. Penyakit degeneratif
yang sering di derita pada usia lanjut diantaranya adalah hipertensi, jantung
koroner, stroke, patah tulang, osteo porosis, diabetesmelitus, dan demensia(Departemen
kesehatan, 2004)
Olahraga
banyak dihubungkan dengan pengelolohan hipertens, karena olahraga isotonik dan
teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas dan hipertensi. Kurang melakukan
olahraga akan meningkatkantimbulnya obesitas dan asupan garam bertambah akan
memudahkan timbulya hipertensi(Dahlan, 2012).
Penerapan
hidup sehat meruakan cara pencegahan utama yang dapat dilakukan untuk
menghindari hipertensi dan pada penyandang hipertensi dapat menurunkan tekanan
darah hingga mencapai batas normal. Perubahan gaya hidup sehat dapat meliputi
penerapan polamakan yang baik, dan pola makan yang baik dapt meliputi
penigkatan asupan buah, sayuran, produk-produk susu rendah lemak, mengurangi
konsumsi lemak terutama lemak jenuh dan kolesterol, serta mengurangi asupan
natrium(Departemen kesehatan, 2004) Pola makan ini dikenal dengan istilah
Dietary apporoach to stop Hypertension diet (DASH diet)
Karena hal-hal tersebut diatas membuat
peneliti tertarik untuk menelitih apakah ada hubungan antara lansia, olahraga,
dan polamakan
B.
Rumusan Masalah
Apakah
ada hubungan antara hipertensi, olahraga dan pola makan bagi lansia?
C.
Tujuan Penelitian
A.
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan antara lansia, olahraga, pola makan dan penyakit hipertensi
di desa Mantingan Ngawi Jawa Timur Indonesia.
B.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
mengetahui bagaimana pola makan lansia yang terkena hipertensi.
b.
Untuk
mengetahui sejauh mana pola pikir lansia di desa Mantingan tentang pentingnya
berolahraga khususnya bagi lansia.
C.
Manfaat penelitian
a. Manfaat
Untuk Institusi Pendidikan (Kampus)
Dapat menambah referensi bagi perpustakaan dan menjadi data
awal bagi peneliti selanjutnya
b. Manfaat
Untuk Kepala Desa Mantinagan Ngawi
Dapat lebih memperhatikan masalah-masalah kesehatan
khususnya masalah hipertensi bagi lansia di desa Mantingan
c. Manfaat
Untuk Peneliti
Sebagai penambah ilmu dan pengalaman khususnya untuk
masalah-masalah gizi terutama bagi lansia
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep
Tentang Lansia Dan Penuaan Dini
Lansia
(lanjut usia), sering juga disebut dengan usia lanjut (usila) atau manusia
lanjut usia (manula). Usia lanjut bukan merupakan suatu penyakit dan kapan persisnya
seseorang mulai dikatakan lansia, hingga kini belum ada kesepakatan. Di
Indonesia batasan lansia dikaitkan dengan umur mulaipensiun sebagai pegawai
negri sangat berfariasi tergantung pada posisi dan jabatannya berkisar antara
55-65 tahun. Sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas lansia
adalah 65 tahun(Ari suryanto, 2002) dan dalam undang –undang no 13 tahun 1998,
tentang kesejahteraan lanjut usia, disebutkan bahwa lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas(Junaidi, 2010). Jadi kesimpulan
yang dapat diambil bahwa seseorang bisa dikatakan lansia setelah berumur 60
tahun ke atas
Penuaan dini adalah proses dari penuaan
kulit yang cepat dari seharusnya, banyak orang yang mulai melihat timbulnya
kerutan kulit wajah pada usia yang relatif muda, bahkan pada usia awal 20-an,
hal ini biasa disebabkan berbagai faktor baik internal
Factor penyebab penuaan dini:
A. Faktor internal
1. Keturunan
2. Kejiwaan
3. Kesehatan
4. Kecerdasan
5. Dada tahan tubuh
B. disebabkan oleh faktor eksternal antara lain meliputi:
1.
Sinar matahari
2.
Radiakal bebas
3. Kelembapan udara
2. Konsep
Tentang Hipertensi
A. Definisi
Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sisitoliknya di atas 140 mmHgdan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. Pada populasi lanjut usia, hipertensi sebagai tekanan sisitolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg(Sheps, 2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah
secara terus menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal
adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah
perifer dan kardiak output(Devine, 2012).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang
ditandai oleh meningkatnya tekanan darah dalam tubuh(Agoes, 2011). Telah
diketahui bahwa tekanan darah tinggi adalah penyakit berbahaya, karena dapat
mempersingkat masa hidup seseorang dan meningkatnya kemungkinana terkena
serangan jantung, stroke, kerusakan fungsi ginjal, dan pembengkakan arteri tersebar
ditubuh (Erlangga, 1986)
Hipertensi akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Hipertensi pada lansia dapat bersamaan dengan kelainan kardiovaskuler, seperti
infrak jantung, stroke, dan kelainan pembuluh darah tepi.
B. Klasifikasi
Hipertensi
Dilihat dari penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2
golongan, yaitu:
a.
Hipertensi
Primer(hipertensi esensial, hipertensi idiopatik) Hipertensi primer
(esensial) Adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme
kontrol homeostatik normal(Ariani, 2000), hipertensi ini tidak diketahui
penyebabnya secara pasti tetpi mempunyai faktor resiko yang mempermudah
terjadinya hipertensi(.sheps 2005 ).
Factor- factor resiko tersebut adalah:
Keturunana, stres, kegemukan, peminum alcohol, lingkungan, merokok,
bertambahnya umur, jenis kelamin, konsumsi garam yang berlebihan, kurang olahraga(Ariani,
2000)
b.
Hipertensi
Sekunder (penyebab spesifiknya diketahui)
Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten akibat
kelainan dasar kedua selain hipertensi esnsial. Hipertensi ini penyebabnya
diketahiu(Ariani, 2000).
Penyebabnya adalah:
Penyakit ginjal, kelenjar hormone, penyakit jantung,
penyakit pembuluh aorta, penggunaan
estrogen, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan(sheps 2005).
Berdasarkan bentuk hipertensi di bagi
menjadi 2 yaitu:
a.
Hipertensi
diastolik (diastolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan diastolik
Hipertensi diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi campuran (sistol dan
diastol yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol.
b.
Hipertensi
sistolik (isolated systolic hypertension) yaitu peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan
diastolik. Umumnya ditemukan pada usia lanjut(Barnad, 2002).
C . Gejala Hipertensi
Gejalanya
berupa sakit kepala, nyeri atau sesak pada dada, pusing, gangguan tidur,
terengah-engah saat beraktifitas, jantung berdebar-debar, mimisan, kebal atau
kesemutan, gelisah dan mudah marah, keringat berlebihan, kram otot, badan lesu,
pembekakan di bawah mata pada pagi hari(Erlangga, 1986).
Komplikasi
jangka panjang tekanan darah tinggi berupa stroke, penyakit ginjal, gagal
jantung, penyakit arteri koroner(American society, 2002) Jika bertahun-tahun
darah terus-menerus lebih tinggi dari normal, seperti pada kasus hipertensi
yang tidak diobati, akan timbul kerusakan pada pembuluh arteri dan organ –
organ yang memerlukan pasokan darah terutama jantung, otak, ginjal dan ini
merupakan masalah kesehatan(Erlangga, 1986).
Individu
yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
Gejala bila menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan menifestasi yang khas
sesuai sistem organ yang difaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan
azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan(Harsuki,
2003).
3. Konsep
Tentang Pengaruh Pola Makan Dan Olahraga Bagi Aansia Yang Terkena Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan
menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan,
gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi
garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur
(Wahyuni, 2003).
Aktivitas fisik kini sudah menjadi
kebutuhan masyarakat secara luas. Biasanya mereka melakukan aktifitas untuk
menjaga kesehatan tubuhnya, salah satunya dengan cara berolahraga.berolahraga
sekarang sangat diminati banyak masyarakat, terbukti dari bertumbuhnyan pusat-
pusat olahraga serta dipenuhinya ruang-ruang publik pada hari libur oleh
masyapakat melakukan olahraga yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan (American society, 2002).
Olahraga bisa mengurangi resiko
hipertensi terutama pada lansia dikarenakan aktifitas akan melebarkan diameter
pembuluh darah (vasodilitasi) dan membakar lemak dalam pembuluh darah jantung
sehingga aliran darah lancar (Agoes, 2011), inilah sebabnya mengapa para lansia
juga sangat membutuhkan olahraga pada masa tuanya.
Secara garis besar pengobatan
hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu pengobatan non-obat (non-farmakologis) dan
pengobatan medis (farmakologis). Secara farmakologis upaya untuk menurunkan
tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti-hipertensi. Pengobatan
secara non-farmakologis di antaranya dengan melakukan: mengatasi obesitas atau
menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam berlebihan, ciptakan
keadaan rileks, berbagai cara relaksasi, seperti syaraf yang akhirnya dapat
menurunkan tekanan darah, melakukan olahraga, seperti senam dan jalan cepat
selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu, berhenti merokok dan mengurangi
konsumsi alkohol yang berlebihan (Dahlan, 2012).
Dietary Approches to Stop Hypertension (DASH) merupakan diet pada
penderita hipertensi untuk seumur hidup yang dianjurkan oleh JNC VII dan AHA.
Perencanaan makan DASH berperan dalam menurunkan tekanan darah sistolik sebesar
14-18 mmHg. Tujuan diet DASH adalah untuk mencegah dan memanajemen penyakit
hipertensi dengan prinsipnya yaitu kaya akan kalium, magnesium, dan kalsium.
Perencanaan
makan diet DASH terdiri dari banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayur- sayuran,
susu rendah lemak dan hasil olahnya, serta kacang-kacangan, dan rendah natrium.
Kurangnya
aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko
untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar
pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat
bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan
darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak
menggunakan beban waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok
laki-laki dengan wanita yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang
beraktifitas fisik dapat menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density
Lipoprotein) faktor penting penyebab pergeseran arteri (Ariani,
2000).
Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan
dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur
dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk
hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung
harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu
BAB III
METODE DAN INSTRUMEN
PENELITIAN
A. WAKTU
Hari/tgl : Rabu, 24 Desember
Pukul : 08.00
B. TEMPAT
Desa Mantingan
C. SASARAN
Para lansia Desa Mantingan yang terkena hipertensi
D. METODE YANG DIGUNAKAN
Deskriktif
E. ALAT PERAGA
Leaflet dan poster
F.
EVALUASI
1. Bentuk evaluasi
2. Jumlah
a. Pre-test
:......................................................(54 0rang)
b. Post-test
:.....................................................(54 orang)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Sheps,
S. G., 2005. Mayo Clinic Hipertensi. Jakarta: PT Intisari Mediatama
2. Dahlan,
M. S. (2012). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat,
dan multivariat, dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Edisi 5. Cetakan
ke-2. Jakarta: Salemba Medika.
3.
Junaidi,
I. (2010). Hipertensi pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer.
4.
Divine,
G. Jon (2012). Program Olahraga tekanan Darah Tinggi. Klaten : PT Intan Sejati
5.
Dinkes
(Dinas Kesehatan). (2011). Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
Diakses: 20 November 2012, dari http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil/profil20
11/BAB%20IVI%202011.pdf.
6.
Depkes
R.I., 2004. Sistem Kesehatan Nasional. 2004, Jakarta
7.
Ari
Suryanto, 2002, Perilaku Makan, Status Gizi dan Kesehatan Wanita Usia Lanjut Di
Kelurahan Cakung Timur, Jakarta dan Kelurahan Baranangsiang, Bogor. Skripsi
Jurusan GMSK, Faperta, IPB
8.
Erlangga,
Jakarta Scholl, DE. 1986. Nutrition and Diet Therapy. Medical Economic Company,
New Jersey.
9.
Ariani,
D., 2000. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Tingkat Stress Pada Penyandang
Cacat Fisik. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.
10.
Barnad
. C, 2002. Kiat Jantung Sehat. Kaifa. Bandung. 44–218.
11.
The
American Society on Aging. 2002. Live Well, Live Long: Health Promotion and
Diseasea for Older Adult. Available on line at
www.asaging.org/cdc/module6/phase2/phase2_14.cfm
- 1
12.
Harsuki.
2003. Perkembangan Olahraga Terkini: Kajian Para Pakar. Jakarta. PT. Raja
Grafindo Persada.
.